Tentunya hal
yang paling indah bagi anak seusia saya adalah saat dimana kami bisa berkumpul
dan menghabiskan waktu bersama keluarga kami, di saat itulah segalanya terasa
tidak akan pernah berakhir. Pertama saya ingin mengucapkan rasa syukur yang tak
terhingga kepada Allah swt dan juga kepada pengasuh pondok pesantren Sis Al-Djufrie dan kepada teman-teman yang selalu
menjadi penghibur di setiap waktu.
Salah satu
alasan saya memilih untuk tinggal di pesantren Sis Al-Djufrie adalah dengan
pertimbangan, ketika saya di rumah saya tidur tidak pernah memakai alas ataupun
tikar karena saya sangat tidak terbiasa tidur dengan menggunakan tikar bukan
karena malas memakainya, akan tetapi karena memang di rumah saya tidak ada
tikar ataupun karpetnya. akhirnya saya hanya tidur beralaskan papan yang
menjadi lantai rumah kami terlebih lagi jika sudah malam nyamuk sangat banyak,
sehingga terkadang saya harus terbangun di tengah malam hanya sekedar untuk
“bercanda” dengan nyamuk-nyamuk tersebut. Dan suasana seperti diatas tidak jauh
berbeda dengan ketika saya berada di pesantren Cuma bedanya kalau di pesantren
saya masih bisa menggunakan kasur untuk tidur itupun harus saling berbagi
dengan teman saya, bantal yang seyogyanya di pakai untuk seorang saja apabila
di pesantren saya harus berbagi dengan teman kadang bertiga dalam satu bantal
dan lagi ketika tidur kami selalu berdesak-desakan dan satu lagi kalau di pesantren
tidak perlu khawatir dengan nyamuk karena kami selalu membakar anti nyamuk
sebelum tidur
Meskipun
demikian, mungkin kalau teman-teman di luar sana berfikir bahwa untuk apa
sekolah di tempat yang seperti itu, memangnya masih ada yang seperti itu, hari
gini? satu hal yang ingin saya sampaikan di dalam tulisan ini, bagi kami itu
sudah lebih dari cukup karena ada rasa kebahagiaan tersendiri yang sulit untuk
di ungkapkan dengan kata-kata akan tetapi kita akan lebih memahami dan meresapi
maknanya manakala anda melakukannya sendiri.
Sekolah kami
SMP SIS AL-DJUFRIE berdiri di bawah nama Pondok Pesantren SIS AL-DJUFRIE
tepatnya di Desa Galandau Kecamatan Basi Dondo Kabupaten TOLITOLI, jaraknya
dari ibu kota propinsi ±
389 Km jarak tempuh dari ibu kota Kabupaten Tolitoli ± 42 Km dan jarak tempuh dari
ibukota kecamatan Basi Dondo ± 23 kilometer. Sekolah kami berada di
tengah hutan dan tepatnya di puncak Bukit Ngata Gaya, jika teman-teman sekalian
ingin berkunjung ke sekolah kami tidaklah semudah seperti apa yang teman-teman
bayangkan karena sekolah kami berjarak ± 4 Km dari jalan raya Trans Sulawesi.
Kalau biasa teman-teman menempuh jarak 4 KM hanya dalam hitungan menit tapi itu
sangat berbalik sekitar 360 o jika teman-teman ingin berkunjung
kesekolah kami waktu tempuhnya sekitar 2 jam perjalanan dari jalan raya Trans
Sulawesi tadi, tentunya teman-teman bertanya kenapa bisa? Karena medan yang
kita tempuh bukan jalan aspal mulus yang dipinggirnya ditumbuhi pepohonan
rindang dan juga bukan jalan yang bertabur bunga yang harum semerbak akan tetapi
medan yang akan kita lewat,,,,!! akan saya jelaskan secara tertib, pertama
ketika keluar dari jalan raya Trans Sulawesi di depan, kita sudah di tunggu
dengan air yang melintasi jalanan yang mencapai ketinggian paha orang dewasa
sepanjang ±
15 meter, setelah itu kita akan menyeberangi sungai yang dalamnya sekitar ±
30 meter dengan menggunakan perahu rakit yang di adakan atas swadaya masyarakat
sekitar, apakah perjuangan berhenti sampai di situ? Belum teman karena kita
masih harus menempuh perjalanan dengan mendaki dua gunung, akan tetapi
teman-teman tidak perlu risau di mana kita akan istirahat sejenak?? tenang
teman karena sepanjang jalan rasa letih dan lelah akan terobati alias tidak
berasa karena sepanjang perjalanan kita akan di suguhi pemandangan hutan
belantara hijau yang belum terjamah sama sekali, baru setelah itu teman-teman
akan sampai di sekolahku Pondok Pesantren SIS AL-DJUFRIE, SMP SIS AL-DJUFRIE
Alamat : Bukit Ngata Gaya No 244 Desa Galandau.
Ketika anda
masuk di dalam kawasan Pondok Pesantren kami kesan aman, nyaman, damai dan jauh
dari hiruk pikuk kota, sudah akan menjadi cerita menarik yang akan tersimpan di
benak teman-teman sebagai salah satu cerita paling menarik yang akan
teman-teman ceritakan keteman-teman yang lainnya di luar sana. Suasana hening
akan menjadi teman kita semua manakala teman-teman berada di Pondok Pesantren
kami, satu hal mendasar yang kembali ingin saya sampaikan kepada teman-teman
sekalian adalah sekolah kami sangat jauh dari kata sempurna, fasilitas di
Pondok kami sangat berbeda sekali dengan fasilitas yang teman-teman nikmati di
luar sana, kalau di sekolah teman-teman sekalian fasilitas seperti Lab
computer, Lab Bahasa, Perpustakaan, Jaringan Internet, kantin dan segala macam
Lab sudah menjadi hal Yang harus ada bagi teman-teman, berbeda halnya dengan di
sekolah kami jangankan Lab ataupun jaringan internet! Kantin dan perpustakaan
saja sama sekali kami tidak punya. Tapi hal itu bukan membuat kami
bermalas-malasan akan tetapi itu semakin memacu semangat kami untuk mempelajari
serta mengetahui ilmu-ilmu yang susah bahkan mungkin teman sekalian tidak
dapatkan di luar sana.
Kalau di luar
sana di sekolah teman-teman sekalian sudah di juluki “SSI” Sekolah Standar
Internasional ataupun “SSN” Sekolah Standar Nasional
sekolah SMP-ku dijuluki “SMP SBP” Sekolah Menengah Pertama
Sekolah Berbasis Pondok Pesantren, kalau di sekolah
teman-teman sekalian sudah pernah menjuarai INI dan ITU tapi saya dan
teman-teman di sekolah, baru berencana akan menguncang dunia.
Kalau di
pesantren lain ataupun sekolah lain ketika tiba waktu libur teman-teman
sekalian pulang kerumah di sambut dengan senyum sayang dan sambutan hangat dari
keluarga teman-teman sekalian berbeda halnya dengan kami teman-teman ketika
waktu libur datang dan kami pulang kerumah bukan senyum sayang dan sambutan
hangat yang kami dapatkan melainkan kami di sambut dengan suara mengelegar dari
keluarga kami yang memarahi kami untuk kembali lagi kepesantren dan jangan
selalu pulang-pulang sambutan seperti itulah yang kami dapatkan, tentu
teman-teman bertanya kenapa demikian? Karena rata-rata keluarga kami berangkat
dari keluarga tidak mampu jangankah untuk sekolah saya teman-teman untuk makan
sehari-haripun sangat sulit.
Kami di sini
sama halnya dengan teman-teman sekalian anak-anak Indonesia yang kesemuanya
memiliki cita-cita yang mulia dan ingin kami capai, oleh karena itu kami
memohon kepada pemerintah untuk kiranya ketika dapat membantu kami, sebagai
tambahan. Di Pondok Pesantren kami, kami tidur berdesak-desakan kasur yang
seharusnya di pakai untuk satu orang satu kasur, di kami satu kasur untuk
bertiga, jadi jangankan cerita apakah ada Ranjang atau Dipan! kasurpun kami
harus saling berbagi satu sama lain.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar